http://moziru.com |
Setiap kali film superhero tayang di bioskop, menumbuhkan ketertarikan anak, dan mendadak ada acara nobar bersama teman-teman sepermainan, saya selalu mendapatkan pertanyaan yang sama "anak gue boleh nggak sih nonton Batman vs Superman/The Avengers/Justice League?"
Saya selalu menjawab dengan menyesuaikan usia dan karakter anak-anak dari ibu yang bertanya pada saya tersebut. Jadi, kalau Anda salah satu teman saya yang pernah bertanya, jawaban saya bisa berbeda dengan jawaban untuk pertanyaan yang sama yang dilontarkan oleh teman yang berbeda.
Kenapa begitu?
Mari sebelumnya kita pehami bersama dulu mengenai dasar perlakuan sensor dan pembuatan klasifikasi usia.
Lembaga sensor di mana pun mengeluarkan klasifikasi usia yang bisa jadi berbeda. Bukan karena ada yang oversensitif, atau ada yang lebih moderat. Namun perbedaan tersebut umumnya ditentukan oleh latar belakang budaya negara tempat lembaga sensor tersebut, latar belakang usia pengguna utamanya, dan banyak pertimbangan lainnya. Karenanya Anda bisa saja menemukan sebuah film di negara A masuk dengan klasifikasi "R13+" (Remaja usia 13 tahun ke atas), ada juga negara lain yang memberikan klasifikasi "D" (Dewasa), atau tidak mengizinkan sebuah film masuk sama sekali ke negaranya.
Klasifikasi dan sensor yang diterapkan sangat bergantung dengan budaya dan latar belakang sosial sebuah negara. Semua berkaitan dengan asas "kepantasan" dan "kepatutan" yang berlaku di masing-masing negara. Apabila ada hal yang bersebrangan dengan asas tersebut, bisa mempengaruhi klasifikasi, bahkan membuat sebuah film dilarang tayang.
Apa hubungannya dengan anak dan film superhero?
Saya akan menggiring Anda kepada logika yang sama dengan cara kerja pembuatan klasifikasi dan sensor di lembaga sensor tersebut.
Setiap anak dalam sebuah keluarga berbeda dalam banyak hal, sebut saja yang paling mendasar:
1. Usia
2. Karakter
3. Norma dan budaya yang berlaku dalam keluarga,
dan tentunya berkaitan dengan...
4. Muatan film yang akan ditonton
Bagi saya, setiap kali menjawab pertanyaan "anak-anak gue udah boleh belum sih diajak nonton Justice League?", maka otak saya memproses 4 hal tersebut di atas sebelum menjawab. Bagi teman dekat yang sudah saya ketahui 4 hal dasar tersebut, maka saya bisa menjawab dengan lebih mudah. Tapi bila tidak, maka saya memilih untuk banyak bertanya dulu sebelum menjawab.
Tujuan pertanyaan tersebut adalah memahami ketiga hal tersebut, juga memberikan gambaran kepada penanya bahwa jawaban saya berdasar.
Padahal sebenarnya kemampuan ini dimiliki oleh seluruh orangtua di dunia, apabila Anda memiliki bekal pemahan terhadap 4 hal di atas.
Kenapa keempat hal tersebut penting untuk menjawab pertanyaan "apakah anak sudah boleh belum diajak nonton superhero?"
istockphoto.com |
Pertama, pada dasarnya LSF, IMDB, dan berbagai lembaga sejenis lainnya, termasuk Kidia (tempat saya bekerja) sudah memberikan batasan klasifikasi usia yang sesuai untuk tayangan film tertentu. Ini adalah panduan untuk setiap orangtua dalam mencarikan film/tayangan yang sesuai dengan usia anak.
Tapi apakah ini mutlak harus diikuti dan dituruti? Tentu saja tidak, tidak ada regulasi yang mengatur bahwa klasifikasi tersebut harus dituruti. Bahkan penyedia layanan/bioskop saja enggan mengurusi kesesuaian klasifikasi dengan penonton yang boleh membeli tiket dan/atau masuk ke dalam studio.
Jadi intinya Klasfikasi Usia hanyalah "PANDUAN" tidak lebih atau kurang.
Karenanya, pertanyaan "apakah anak sudah boleh belum diajak nonton film superhero?" masih suka mampir kepada saya, walau jelas Justice League dan The Avengers berklasifikasi "R13+" atau IMDB menetapkan klasifikasi "PG-13". Karena itu hanya Panduan, dan anak-anak tetap tertarik menonton film superhero yang lekat dengan anak-anak.
Kedua, yang paling mengenal anak pada dasarnya tetap lah orangtuanya. IMDB dan LSF tidak mengenal anak-anak satu persatu. Karenanya, sebenarnya pertanyaan "apakah anak sudah boleh belum diajak nonton film superhero?" seharusnya ditanyakan kepada diri orangtua masing-masing.
Saya akan membantu Anda membuat penilaian.
Ketika Anda ingin mengajak anak menonton film yang tidak sesuai dengan usianya, maka marilah kita sedikit lebih berusaha keras.
Pertama, kenali dahulu filmnya. Film superhero umumnya penuh dengan adegan kekerasan; muatan yang mudah dan rentan, serta menarik untuk ditiru, dan peniruan tersebut bisa jadi berakibat buruk (Misal, adegan Spiderman melompat dari ketinggian, bergelayutan dengan seutas benang melintasi gedung. Atau Superman yang melompat terbang dari gedung tinggi. Bayangkan apabila itu dilakukan oleh putera/puteri kita yang jelas-jelas tidak memiliki kemampuan superhero (alias mutant--kalau bahasanya X-Man)); seksualitas yang muncul sesekali; kompleksitas cerita.
Lalu kembalikan ingatan Anda pada usia putera/puteri Anda.
Apakah mereka sudah cukup mawas diri dalam usianya. Ada anak yang memiliki kedewasaan lebih untuk usia 8-10 tahun, sehingga mereka sudah bisa memahami bahwa apa yang mereka saksikan di film bukan lah kenyataan. Sudah memahami konsekwensi apabila meniru apa yang dilihatnya. Ada pula anak-anak usia 11-13 yang serampangan dan kerap melupakan konsekwensi dan cenderung tidak perduli.
Lalu coba gali ingatan Anda pada karakter putera/puteri Anda.
Apakah mereka anak yang aktif dan beradrenalin tinggi, kerap tidak bisa diam, dan suka meniru apa yang disaksikannya. Atau mereka lebih pendiam, dan asyik menyalurkan imajinasinya melalui mini figure karakter idola mereka.
Gali juga ingatan Anda pada pemahaman akan norma dan budaya yang berlaku di keluarga Anda.
Apakah mereka jengah dengan muatan seksualitas, seperti adegan ciuman atau afeksi relasi pasangan lainnya? Atau mereka cenderung tertarik dan secara terbuka menunjukkan rasa ingin tahunya.
Setelah mempertimbangkan hal itu, keputusan ada di tangan Anda, sebagai orangtua.
Dan Anda bisa menjawab pertanyaan "apakah anak sudah boleh belum diajak nonton film superhero?"
Apabila anak Anda suka meniru adegan kekerasan dan kurang memperdulikan konsekwensi, walau sudah diperingatkan. Sebaiknya Anda tidak mengajak anak menonton film bertema kekerasan atau superhero. Pun bila sangat ingin menonton, ajak ia menonton di televisi rumah menggunakan versi video, ini sangat membantu mengurangi efek adrenalin yang terpacu dari layar bioskop yang besar dan suara yang hidup dan membahana.
Demikian pun dengan muatan seksualitas, hindarkan anak dari film dengan muatan ini apabila putera/i kita mulai menunjukkan ketertarikan dan sudah tidak lagi merasa jengah sebelum waktunya mereka beranjak dewasa.
Dan tentunya, tiga hal mendasar itu bisa membantu Anda menjawab pertanyaan Anda, setiap kali ingin mengajak putera/i Anda menonton film di bioskop.
Semoga bermanfaat, ayah bunda para digital native...
Komentar
Posting Komentar