Sensor Tower |
Beberapa saat yang lalu, saya berkesempatan menjadi bagian dari sebuah penelitian yang dilakukan kantor saya Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA-Kidia) dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA). Saya bertugas menganalisis program anak di Televisi Nasional Indonesia yang tayang pada tahun 2017 dan sebelumnya.
Singkatnya sih, pekerjaan saya adalah nonton semua rekaman program TV anak sampai mau muntah, menganalisis, dan menentukan apakah muatannya memang laik atau tidak untuk anak.
Sebenarnya sih ini memang pekerjaan saya di YPMA-Kidia. Hanya saja, yang biasanya saya melakukan ini sambil santai, kali ini saya diberi tenggang waktu yang luar biasa singkat. Itu sih sebenarnya yang bikin muntah...
Eh, kenapa saya jadi curhat ya?
But, thanks to this project.... I finaly meet Hongbi dan Hongshi, kakak beradik cilik, bintang utama serial animasi asal Korea Selatan, "Cloud Bread" di Rajawali Televisi (RTV). And I'm deeply in love with this series.
Diangkat dari buku cerita anak karya Baek Hee Na, Animation Works bekerjasama dengan stasiun TV KBS, Korea, membuat serial animasi dengan teknik cut-out. Setiap karakter seolah adalah hasil gambar anak-anak yang lucu dan cenderung bergaris kasar. Setiap karakter seolah digambar di atas kertas, kemudian digunting dan digerakkan di atas gambar latar ber-setting kota yang indah dan tenang.
Kontras dengan gambar para karakter yang dibuat a la gambar anak-anak dengan guratan pensil yang kasar, maka gambar latar dengan setting kota, rumah, sekolah, dan aneka tempatnya digambarkan dengan sangat indah dan presisi. Perbedaan inilah yang membuat "Cloud Bread" jadi super menarik secara visual untuk saya.
Tapi tidak hanya itu saja yang membuat "Cloud Bread" menarik hati. Setiap episodenya berkisah tentang problematika sederhana yang dialami oleh anak-anak dalam kehidupan kesehariannya. Lupa mengerjakan PR, berburu harta karun di taman, galau mau langsung makan bekal atau nanti saja, dan lain-lain. Semua diceritakan dengan cara bertutur dan sudut pandang anak-anak yang sederhana nan polos, dengan gaya bicara yang unik dan lucu.
Saya jatuh cinta pada sebuah episode yang menceritakan Woolie yang berbohong pada bu guru bahwa PR karya seninya tertinggal di rumah, padahal sama dengan Hongbi dan teman-temannya, ia memang belum membuatnya. Hongbi dan teman-temannya dengan jujur mengakui bahwa mereka belum mengerjakan PR karena terlalu asyik mendengarkan dongeng, dan langsung tidur setelahnya. Woolie merasa sangat bersalah sudah berbohong kepada ibu guru dan teman-temannya. Ia takut apabila teman-temannya tahu, mereka tidak akan mau lagi bermain dengannya. Rasa bersalah Woolie membuat Woolie akhirnya mengakui kesalahannya kepada ibu guru, yang kemudian menanggapi dengan bijaksana dan mampu mengulik empati penonton. Hongbi dan teman-temannya juga memaafkan kebohongan Woolie dan membesarkan hatinya.
Banyak sekali hal berharga yang bisa dipelajari anak-anak dari satu episode itu saja, seperti besarnya arti kejujuran, sikap empati terhadap kesedihan teman, mudah memaafkan siapa saja sikap bijaksana dan penuh kepedulian seperti ibu guru, serta penghargaan atas persahabatan dan pertemanan.
Semua muatan positif dan tauladan baik tersemat dengan baik di dalam rangkaian cerita sederhana yang mudah sekali dekat dan dipahami oleh anak-anak usia di bawah lima tahun sekali pun.
Dan karena itu semua, saya merekomendasikan serial animasi asal Korea Selatan yang manis ini untuk mewarnai keseharian anak-anak.
Saya sendiri terus terang sangat mengagumi keseriusan RTV dalam menyajikan program yang ramah untuk anak. Sepanjang episode "Cloud Bread" yang tayang di stasiun televisi tersebut tidak menyajikan iklan program dan produk yang berbahaya untuk anak. Sehingga sedikit banyak, saya merasa aman membiarkan puteri saya menonton program ini.
Komentar
Posting Komentar