Langsung ke konten utama

Frozen (movie)

Posting super telat...

Simpelnya sih karena saya dan puteri kecil kami memang baru sekarang menghabiskan waktu menonton film ini. Itu pun lebih karena rengekan Nadine yang bosan cuma mendengar cerita teman-temannya tentang idola baru anak-anak perempuan, Elsa dan Anna.

So, here we are, sitting in front of the television, grab some fruits watching the ice queen.

Elsa yang sedang tidur nyenyak dikejutkan dengan suara menggemaskan Anna yang tidak bisa tidur. Adik kecilnya merengek mengajaknya membuat manusia salju.

Elsa memiliki kekuatan khusus, ia bisa menciptakan salju dan es cukup dengan mengibaskan tangannya. Dan ia senang menciptakan es untuk menyenangkan dan bermain dengan Anna. Namun sebuah kecelakaan kecil nyaris membuat Elsa kecil kehilangan adik kecilnya, dan sejak itu Elsa menjauh dari adik kecilnya dan istana Arandelle yang indah ditutup dari dunia luar.

Konswekensi dari merahasiakan kekuatan Elsa dari dunia luar membuat Anna yang tidak lagi memiliki memori mengenai hal itu membuatnya kesepian sekaligus rindu luar biasa pada kakaknya yang tak pernah lagi bermain dengannya. Bahkan di hari pemakaman pun, Anna harus sendirian tanpa Elsa, menangis di balik pintu kamar Elsa dan bertanya apakah Anna mau diajak membuat manusia salju.

Tibalah hari besar, pelantikan Elsa sebagai Ratu Arendelle menggantikan sang ayah. Istana dibuka untuk seluruh rakyat dan tamu undangan dari istana tetangga. Anna yang bahagia karena akhirnya bisa melihat dunia luar dan bertemu banyak orang, bersebrangan dengan Elsa yang takut tidak bisa mengontrol kekuatannya di hadapan orang banyak.

Pesta yang meriah dan penuh suka cita akhirnya berakhir buruk ketika Anna yang baru saja bertemu dengan pangeran tampan bernama Hans meminta izin untuk menikah. Elsa yang tak mengizinkan membuat Anna berang dan menekannya hingga Elsa tak bisa mengontrol kekuatannya.

Ketakutan besar membuat Elsa meninggalkan istana dan tanpa sadar meninggalkan badai salju yang membekukan Arendelle. Elsa membangun istana es di puncak gunung dan menjadi dirinya sendiri. Sementara Anna yang merasa bersalah memutuskan mencari Elsa.

Dibantu Kristoff dan rusanya, Sven, yang ditemuinya di jalan, serta Olaf, manusia salju yang hidup karena kekuatan Elsa, mereka berusaha membantu Anna menemukan Elsa. Tapi pertemuan itu justru tak sengaja melukai (baca: membekukan hati) Anna. Perlahan ia membeku dan kekuatan itu hanya bisa ditangkal dengan cinta sejati.

Semua orang, seperti saya yang sudah jenuh dengan romansa a la Disney pasti berfikir bahwa Anna harus menemukan Hans atau Kristoff dan mengoyak kutukan Elsa. Tapi tidak! Tubuh Anna justru menghangat dan hidup justru ketika Elsa menangis pilu memeluk tubuhnya yang membeku.
Yeah, inilah yang saya sadari membuat "Frozen" istimewa dibanding para puteri Disney lainnya. Cinta sejati di sini bukan tentang sepasang sejoli yang mabuk cinta, tapi kekuatan cinta kakak dan adiknya, yang bisa membekukan sekaligus mencairkan apapun.

Bila seperti pada umumnya para puteri Disney sangat bergantung pada kehadiran para pangeran, maka Anna dan Elsa berjuang dengan kakinya sendiri atas cinta mereka.

Dan sekalipun saya agak terganggu membiarkan puteri saya menonton dengan beberapa adegan percintaan remaja yang ditunjukkan baik oleh Anna--Han, Anna--Kristof... saya suka dengan ide para pahlawan wanita yang berjuang di atas kakinya, tanpa embel-embel keberadaan 'penting' sang pangeran.

Saya juga mengagumi karakter-karakter para puteri di film Ini. Anna yang pemberani, berjiwa besar, dan tentu saja, rela berkorban. Dan Elsa yang selalu mendahulukan kepentingan orang lain di atas apapun, pengorbanan, rasa cinta yang besar pada adiknya, dan tenth saja keberanian until mendobrak keadaan dan menjadi dirinya sendiri.

Memorable moments... Bila kebanyakan orang jatuh hati setengah mati pada moment ketika Elsa pergi dari istana dan menjadi dirinya sendiri sambil melantunkan lagu "Let It Go" yang super fenomenal itu. Mama saya justru jatuh cinta setengah mati pada momen Anna kecil mengetuk kamar Elsa dan menyanyikan lagu "Do You Want to Build a Snowman?" Anna cilik yang kesepian, Anna kecil yang kehilangan sahabatnya, hingga Anna remaja yang tidak memiliki siapa pun lagi, kecuali Elsa, setelah meninggalnya kedua orangtua mereka. Saya ikut meneteskan air mata ketika dalam keputusasaannya, di balik pintu kamar Elsa, Anna bertanya apakah Elsa mau membuat manusia salju. Sementara Elsa yang duduk di balik pintu juga menangis tak kalah pilu.

Saya sih tetap pada pendirian saya bahwa film Ini lebih cocok ditonton oleh anak usia 10 tahun ke atas karena kompleksitas kisah dan tentu saja muatan remajanya. Tapi apabila Anda percaya diri mampu memberikan pendampingan yang cerdas dan kesempatan bagi anak di bawah usia tersebut untuk melihat dan memahami di bawah pengawasan Anda, saya rasa anak usia 6 tahun ke atas sudah mampu memahami cerita di film ini. Karenanya semua sangat bergantung dengan penilaian Anda sebagai orangtua dari putera-puteri Anda.

Selamat merasakan demam "Frozen", dear parents and kids.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Handy Manny (TV Series)

MNC TV (Setiap hari 06.00 WIB) Disney Junior (Indovision, Ch. 43), (Telkomvision, Ch. 203), (Aora, Ch. 32) Rekomendasi usia: 4-8 tahun "Hola, Handy Manny Repair Shop... you break it... we fix it!" Let's meet Manny and his tools... yes! Manny Garcia is a handy man.  Apa yang membedakan Manny dengan tukang pada umumnya? 1. His tools can talk! (literally!) 2. He speaks bilingual (Bahasa Inggris dan Bahasa Spanyol), bahkan bila Anda menyaksikan versi dubbing MNC TV. Maka yang Anda temukan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Spanyol. 3. He's a good friends. Hal ini agak melepaskan pandangan kita dari sosok para tukang yang selalu dianggap sebagai buruh, yang kasar dan tidak terlalu berpendidikan. Manny knows a lot... about everything, dan tidak congkak untuk membagi pengetahuannya, serta ringan tangan. That's why the whole city loves him.  4. He can sing :) and plays guitar... bahkan penyanyi yang cukup baik, hingga kerap diminta mendampingi musus ter

Cloud Bread (TV series)

Sensor Tower Sebuah Rekomendasi: Ayo berkunjung ke dunia Hongbi dan Hongshi... belajar berbagai hal sederhana sambil makan Roti Awan. Beberapa saat yang lalu, saya berkesempatan menjadi bagian dari sebuah penelitian yang dilakukan kantor saya Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA-Kidia) dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA). Saya bertugas menganalisis program anak di Televisi Nasional Indonesia yang tayang pada tahun 2017 dan sebelumnya. Singkatnya sih, pekerjaan saya adalah nonton semua rekaman program TV anak sampai mau muntah, menganalisis, dan menentukan apakah muatannya memang laik atau tidak untuk anak. Sebenarnya sih ini memang pekerjaan saya di YPMA-Kidia. Hanya saja, yang biasanya saya melakukan ini sambil santai, kali ini saya diberi tenggang waktu yang luar biasa singkat. Itu sih sebenarnya yang bikin muntah... Eh , kenapa saya jadi curhat ya? But, thanks to this project.... I finaly meet Hongbi dan Hongshi, kakak beradik cil

"Digital Natives Vs Digital Immigrants Vs Digital Retards"

Apa sih Digital Native itu? Beberapa ilustrasi ini akan mempermudah Anda untuk memahaminya. Lucu ya... Putra/putri kita yang lahir di era digital/teknologi (tahun '90-an) secara alami memahami teknologi dalam diri mereka, mudah sekali terbiasa dengan segala alat berteknologi modern mulai TV hingga ponsel cerdas... adalah Digital Natives. Kita yang lahir di era CD, kaset, ponsel, TV tabung (tahun '70-'80an) adalah generasi Digital Immigrants, yang harus agak bekerja keras (berusaha membiasakan) dengan segala teknologi modern seperti komputer, smart TV, hingga smart phone. Orangtua kita yang lahir di era '40-'60an adalah Digital Retards dengan kata lain, seperti kata karakter di atas, satu-satunya teknologi yang dipahami hanyalah "pemanggang roti" ;p Cenderung enggan berurusan dengan komputer dan alat digital lainnya, dan hanya menggunakan handphone sebatas untuk bertelpon atau maksimal SMS. Ini ilustrasi lain yang membedakan Digit