Izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu, sebelum saya mulai banyak berkisah tentang hal lain dan mulai membuat Anda bosan.
Saya memulai ketertarikan saya pada anak dan media sejak saya mengerjakan skripsi tahun 2002 lalu (such a long time a go ;p). Saya mengajukan beragam ide judul terkait dengan beberapa hal yang menarik perhatian saya, khususnya (pada masa itu) tentang anime, pop-culture, comic, etc... Sampai akhirnya dosen saya masa itu meyakinkan bahwa saya "berhak" meneliti ketajaman teori ketergantungan pada media terkait seks. Memang tak terkait dengan anak, tapi perjalanan waktulah yang membuat mata saya terbuka akan realitas dunia remaja (yang masih masuk dalam kategori anak) dan media.
Ketika lulus, saya bekerja di sebuah perusahaan yang membuat apa saja, terkait dengan anak! WHOW!! Dan saya belajar banyak dari sana tentang anak dan Emotional Intelligence. Di saat yang sama, saya ditarik bekerja untuk sebuah LSM bernama Yayasan Pengembangan Media Anak-Kidia dan mengerjakan sebuah booklet bernama Kidia.
Perjalanan waktu itu membuat saya berkenalan jauh dengan media dan anak... hingga detik ini, saya masih bekerja sebagai relawan di LSM tersebut, sekaligus menjadi salah satu peneliti untuk kajian reguler KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) (sejak KPI periode pertama hingga saat ini berada di bawah Komisioner Mbak Nina Mutmainnah Armando).
Rangkaian pekerjaan saya dan status saya sebagai seorang ibu dari seorang putri, membuka mata saya lebih lebar akan parahnya ketidakberpihakan media di Indonesia, juga dunia, tanpa bimbingan dari orangtua.
Maka saya sampai di blog ini, dan mendedikasikannya untuk para orangtua yang mencoba mencari pencerahan dan bantuan dalam mendampingi anak berinteraksi dengan dunia serba digital ini.
Mulai dari memilihkan acara TV yang ramah untuk anak, menjauhkan tayangan yang dipoles seolah untuk anak tapi sesungguhnya bukan, mengenal seluk beluk media sosial, hingga apa yang kita bisa perbuat untuk menjauhkan dampak buruk media bagi anak-anak.
Dengan media digital, dengan anak yang semakin mahir di bidang ini, dengan terbatasnya kemampuan dan/atau pengetahuan orangtua mengenai ini, disertai dengan keinginan sehingga memaksa Anda duduk di depan komputer membaca tulisan saya ini... kita akan belajar bersama! Dan menjadi DIGITAL NATIVE bersama... seperti anak-anak kita.
Regards,
Saya memulai ketertarikan saya pada anak dan media sejak saya mengerjakan skripsi tahun 2002 lalu (such a long time a go ;p). Saya mengajukan beragam ide judul terkait dengan beberapa hal yang menarik perhatian saya, khususnya (pada masa itu) tentang anime, pop-culture, comic, etc... Sampai akhirnya dosen saya masa itu meyakinkan bahwa saya "berhak" meneliti ketajaman teori ketergantungan pada media terkait seks. Memang tak terkait dengan anak, tapi perjalanan waktulah yang membuat mata saya terbuka akan realitas dunia remaja (yang masih masuk dalam kategori anak) dan media.
Ketika lulus, saya bekerja di sebuah perusahaan yang membuat apa saja, terkait dengan anak! WHOW!! Dan saya belajar banyak dari sana tentang anak dan Emotional Intelligence. Di saat yang sama, saya ditarik bekerja untuk sebuah LSM bernama Yayasan Pengembangan Media Anak-Kidia dan mengerjakan sebuah booklet bernama Kidia.
Perjalanan waktu itu membuat saya berkenalan jauh dengan media dan anak... hingga detik ini, saya masih bekerja sebagai relawan di LSM tersebut, sekaligus menjadi salah satu peneliti untuk kajian reguler KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) (sejak KPI periode pertama hingga saat ini berada di bawah Komisioner Mbak Nina Mutmainnah Armando).
Rangkaian pekerjaan saya dan status saya sebagai seorang ibu dari seorang putri, membuka mata saya lebih lebar akan parahnya ketidakberpihakan media di Indonesia, juga dunia, tanpa bimbingan dari orangtua.
Maka saya sampai di blog ini, dan mendedikasikannya untuk para orangtua yang mencoba mencari pencerahan dan bantuan dalam mendampingi anak berinteraksi dengan dunia serba digital ini.
Mulai dari memilihkan acara TV yang ramah untuk anak, menjauhkan tayangan yang dipoles seolah untuk anak tapi sesungguhnya bukan, mengenal seluk beluk media sosial, hingga apa yang kita bisa perbuat untuk menjauhkan dampak buruk media bagi anak-anak.
Dengan media digital, dengan anak yang semakin mahir di bidang ini, dengan terbatasnya kemampuan dan/atau pengetahuan orangtua mengenai ini, disertai dengan keinginan sehingga memaksa Anda duduk di depan komputer membaca tulisan saya ini... kita akan belajar bersama! Dan menjadi DIGITAL NATIVE bersama... seperti anak-anak kita.
Regards,
Komentar
Posting Komentar